Sejak adanya kasus Covid-19 yang tersebar di seluruh semesta, dimana kontak fisik antar sesama semakin berkurang karena pemberlakuan social distancing serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Dalam hal diatas, orang melakukan proses belajar, bekerja dirumah atau secara online hingga beribadah di lakukan di rumah.
Setelah tiga bulan terjalani kondisi diatas, saatnya mengembalikan pada tatanan kondisi normal dengan beberapa perubahan mendasar yang perlu mendapat perhatian kita bersama atau istilah new normal.
Sedikit atau banyak, situasi New Normal akan memberi sebuah pemahaman yang baru dan harus terjalani dengan lebih nyata.
Pemahaman disini dimaksudkan agar kita lebih mampu berefleksi atas situasi yang kita hadapi saat ini.
Belajar berdamai untuk kondisi-kondisi tertentu, belajar menerima bahwa ini mau tidak mau, suka tidak suka mempengaruhi gerak dan langkah kita dalam berinteraksi, dalam bekerja ataupun dalam menjalani keseharian kita.
Diantara perubahan-perubahan yang tampak ke permukaan dan makin terasa dikehidupan sehari-hari adalah digitalisasi. Digitalisasi semakin masif menjadi bagian dari gaya hidup baru, baik dalam bertransaksi maupun berinteraksi dengan sesama. Transaksi pembayaran pun dari proses manual lebih banyak bergeser mengandalkan dompet digital.
Digitalisasi memiliki dampak pada efisiensi sumber daya manusia di berbagai sektor. Setiap Perusahaan/Instansi akan lebih banyak mengandalkan otomatisasi. Yang akhirnya kita belajar beradaptasi terkait pola kerja diatas.
Menjawab fenomena diatas mau tidak mau harus dihadapi oleh kita sebagai masyarakat atau pekerja. Perlu penyiapan mental untuk menerima new normal yang mengarah ke digitalisasi.
Jika kita tidak belajar beradaptasi dengan kenormalan baru akan berimbas pada kesehatan mental.
Menerima realita bahwa adanya perubahan ini, dalam hal ini kita belajar merubah pola pikir lama menjadi baru. Salahsatunya dengan berpikir dan bertindak kreatif.
Kita harus belajar mencari peluang dari dalam diri, apa yang potensial untuk dikembangkan di tengah semua yang serba digitalisasi dan merubah tatanan kebiasaan kita dalam berinteraksi. Belajar mencari peluang untuk meningkatkan kemampuan diri dan keluarga dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial keluarga.
Sebelum kita menggali kemampuan kita, perlu penguatan secara psikologis terlebuh dahulu.
Penguatan secara psikologis
Hal-hal yang perlu dikuatkan secara psikologis, diantaranya emosi, hati, dan pikiran. Ketiganya perlu disinkronkan dengan era new normal ini.
Penguatan secara psikologis dalam hal ini perlu dikuatkan bersama orang terdekat, keluarga, teman, rekan kerja.
Menjaga komunikasi dengan rekan-rekan yang positif, bukan malah saling menjatuhkan. Pada saat kita dalam hal ini bersama orang terdekat, keluarga atau teman ataupun rekan kerja saling support, itu akan memberi dampak yang sangat baik secara psikologis kedalam diri kita, yang dapat menumbuhkan semangat satu dengan yang lain.
Bagaimana berpikir dan bersikap kreatif
Jangan bayangkan dan berpikir sulit dalam mengartikan kata kreatif. Mulailah dari hal yang mudah dan mampu tertangkap indera kita saja terlebih dahulu.
Kreatif adalah melakukan sesuatu diluar dari apa yang menjadi kebiasaan kita. Belajar untuk keluar dari kerangka suka atau tidak suka, belajar untuk keluar dari kenyamanan diri, belajar untuk berpindah pada situasi yang berbeda, belajar merubah cara pandang kita, belajar bergeser dari apa yang terjangkau oleh diri. Semua kerangka diatas dapat digolongkan dalam sisi kreatif diri kita.
Karena pada dasarnya, secara naluri manusia itu suka akan perubahan yang terjadi. Entah itu sesuatu yang kecil sekalipun. Keengganan kita untuk berpindah, bergerak atau melakukan hal yang beda biasanya bentuk/pola diri/ketakutan diri yang sudah mengarat didalam diri kita. Sadari pelan-pelan, dan ingatlah Tuhan tidak akan mengubah kondisi apapun tanpa kita melakukan perubahan kedalam diri.
Nikmati prosesnya dan lihatlah ada harga atau capaian yang dapat kau lihat disaat mampu keluar dari zona nyaman diri, disaat mampu menikmati prosesnya dan tertawa bahagia disaat mampu melewati kerikil atau hambatan yang menghalangi langkah dan gerak kita.
Setiap manusia dibekali akan kemampuan didalam dirinya, cepat atau lambat, mau atau tidak semua memiliki bekal yang telah diberikan-Nya. Tinggal bagaimana kita mendrill diri agar mampu keluar dari situasi yang baru atau situasi yang berbeda yang akan dijalaninya.
Komentar
Posting Komentar