Langsung ke konten utama

Memberi Nilai Lebih pada barang yang kita Miliki


Setelah dua kali berbenah konmari dalam kadar yang cukup besar, dan untuk proses berbenah yang ketiga ini lebih memfokuskan dalam hal pengurangan barang yang berlebih atau yang telah lama tidak tersentuh atau digunakan.

Ada keadaan dimana kita seringkali membersihkan barang-barang yang kita miliki dengan cara berulang hingga akhirnya kelelahan pun hadir disaat proses berbenah telah kita selesai lakukan. Padahal kalo kita lebih mau membuka kesadaran diri kita, dari waktu yang terbuang, begitupun uang kitapun banyak terbuang pada pos-pos pengeluaran yang begitu banyak.

Kesadaran ini hadir setelah beberapa kali proses berbenah yang saya lakukan. Ternyata pada saat kita bolak-balik berbenah tanpa mengurangi barang secara signifikan akan mengalami kelelahan yang berulang. Lakukan perubahan secara mendasar, jangan menyayangkan nilai barang yang telah kita beli. Karena hakikatnya nilai barang yang sesungguhnya adalah pada saat kita memiliki barang yang membawa kebahagiaan kedalam diri kita.

Pada saat kita membeli barang, bukan hanya uang yang kita keluarkan tetapi ada waktu yang kita berikan untuk merawatnya. Dan sebaliknya pada saat kita selektif pada saat membeli barang yang benar-benar kita butuhkan, dan kita benar-benar menggunakan barang yang telah kita beli, kita belajar lebih bijak dengan memberi nilai yang sesuai pada barang yang kita miliki. Tetapi sebaliknya pada saat kita membeli barang tetapi barang itu ternyata hanya disimpan atau tidak digunakan, ada harga dan waktu yang telah kita sia-siakan.

Lebih selektiflah dalam memasukan atau membeli barang untuk kita miliki. Jangan hanya mengikuti ego sesaat, pemenuhan keinginan yang tak mampu terkendali ataupun polesan yang kita harapkan datang dari luar yang sifatnya hanya semu.

Hargai uang, waktu pada kadar yang sesuai agar dapat lebih efektif dan produktif atas tindakan, ataupun kegiatan yang kita lakukan.

Mematik Ide/Gagasan kepada Anak-anak



Bagi kami keluarga yang menjalankan homeschooling, ini dapat menjadi bagian dari proses bersama didalam keluarga. Untuk mengenalkan konsep minimalis kepada anak-anak. Ide terkait minimalis harus mampu tertangkap terlebih dahulu oleh anak-anak dan mereka harus mampu mencernanya terlebih dahulu. Setelah itu kami sebagai orangtua secara bertahap perlu melatihkan kebiasaan terkait minimalis ini untuk mereka.

Saat ini anak-anak sedang berkreasi dengan membuat rumah Roly dengan versi besar. Dan pada saat selesai dimainkan, saya tanya ke anak-anak, bagaimana cara menyimpan rumah roly dan pernak-perniknya? Pada saat dilipat, kondisi rumah Roly masih cukup membutuhkan space yang luas untuk penyimpanan. Anak-anak sempat berpikir kembali dan bertanya kembali ke saya. Pake apa yang kira-kira bunda?

Saya memberikan ide ke Haikal dan Aura, coba sebelumnya dibuat rumah Roly nya yang minimalis mas, untuk rumah dan pernak-perniknya. Bagaimana menurut mas Haikal?

Ternyata mereka mencernanya dan membuat kembali versi kecil/minimalisnya untuk kreasi rumah Roly.

"Ini truk bunda", kata Haikal kepada saya. Terinspirasi akan ide dari buku TotoChan atau dari video minimalis yang sering ayah putarkan buat mereka. Ada juga terkait pengalaman melakukan perjalanan @keluarga.kusmajadi.

Setiap anak adalah pribadi yang utuh, kita tidak bisa memaksakan satu kehendak kita kepada mereka. Tugas kita hanya mematik agar gagasan/ide yang diterimanya sampai dan diterima oleh mereka sendiri. Berikan saja terus santapan kepada anak-anak dengan gagasan/ide yang menggugah mereka.

#hser #4Juni2020 #versiminimalis #belajarbersama #bertumbuhbersama #CM

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepercayaan

Benarkah Kepercayaan itu harus diraih dan diperjuangkan? Hidup memang penuh refleksi didalam pelaksanaannya. Jika tidak, kita mungkin akan menemui bebebrapa kegaringan yang mewarnai perjalanan mengarungi hidup ini. Mencoba merefleksi didalam memaknai kepercayaan. Bukan sesuatu yang asing dengan kata kepercayaan. Dalam memaknai diawal, saya beranggapan kepercayaan itu sesuatu bentuk tindakan yang dilakukan orang lain kepada kita. Ternyata itu lebih banyak berangkat dari tindakan kita sendiri, atas inisiatif, bentuk yang harus kita raih atau perjuangkan. Sehingga ada hal-hal yang diluar kendali kita terjadi misalkan disaat orang lain tidak memberi kepercayaan itu kepada kita, jangan berkecil hati, teruslah untuk berusaha untuk meraihnya. Dan tidak perlu dituntut kepada oranglain. Disaat kita melakukannya dengan benar, semoga kepercayaan itu mampu kita rasakan baik oleh diri kita ataupun dari orang lain. Kalo pun kita belum mampu merasakan kepercayaan itu tetaplah berikhtiar me...

Bertanam Jamur Growbox

Buka baglog tgl 19 maret 14 Belajar menjalani proses..bukan hasil .. kesabaran adl bagian dr proses .. Tumbuh jamur Naufal yang pertama 11 maret 2014 Satu hari sdh mekar lebih indah jamur aura cantiqa ^-^ 240314, sptnya sdh bs panen. Kondisi jamur per 6 april 2014, jamur merah kembali tumbuh yg ke 2 jamurnya tp kedua growbox putih milik Naufal Aulia Rasyad dan haikal masih melatih kesabaran kami tuk menunggu jamurnya tumbuh. " liat mas naufal... dek haikal... jamur dedek aura sdh tumbuh kembali... tau kenapa sayang ? Tanamanpun tau mana pemiliknya yg sayang sama dia... mana yg tdk... hehe.krn naufal blm sama sekali tertarik utk merawat jamurnya hanya dia mberi nama jamur... kalo haikal sdh mau, keduanya kesulitan utk menekan semprotan yg sdh satu paket dgn growboxnya. Dan kemaren naufal langsung mencari semprotan baru yg biasa dipake utk semprotan kispray utk penghalus dan pengharum pakaian. Dia langsung cuci... jangan pake itu yg sayang... coba cium baunya masih beras...

Akal Budi

Seperti biasa pada saat memulai pagi sebelum tenggelam akan satu rutinitas yang kita jalani untuk hari ini. Sejenak membaca satu tulisan CM dibawah ini  Anak-anak pun lulus sekolah, gembira karena terbebas dari beban, lega karena mereka sudah “menyelesaikan pendidikan”. Buku-buku pelajaran sekolah ditutup dan, seringkali, proses belajar juga dianggap berakhir. Mereka terjun bergelut dengan aneka pekerjaan praktis di masyarakat dan banyak yang akal budinya tetap kerdil dan gelap sampai akhir hayatnya.   – Saduran “Parents as Inspirers” yang ditulis oleh Charlotte Mason dalam The Parents’ Review Vol. 2 1891/1892 (30) Untuk didiskusikan: Apakah dirimu dulu juga (pernah) menganggap “lulus sekolah = pendidikan sudah selesai”? Benarkah orang-orang yang punya anggapan itu rentan “tetap kerdil dan gelap” akal budinya saat mereka terjun ke dunia kerja? Mengapa? *** Tulisan ini seakan menggelitikku apa yang telah terlewati seakan terangkat kembali. Ya disaat dulu kita sekolah, hal ...