Langsung ke konten utama

The Lion King, Resensi Film



Judul Film :  The Lion King

Jenis Film : Animasi Klasik (Sandiwara musikal)

Durasi : 90 menit

Negara Asal : Amerika Serikat

Sutradara : Roger Allers, Rob Minkoff

Penulis Naskah : Irene Mecchi, Jonathan Roberts, Linda Woolverton

Produser : Don Hahn

Produksi : Walt Disney Feature Animation

Ide Cerita : Seekor singa muda yang mencari jati dirinya sebagai raja hewan.

Pemain : Mufasa, Sarabi, Simba, Scar, Zazu, Nala, Timon, Pumba. Rafiki

Tahun Produksi : 2019

Diawali kisah lahirnya seekor singa yang bernama Simba. Simba diharapkan nanti menjadi raja, menggantikan ayahnya Mufasa yang memimpin kerajaan Pride Land. Dalam perjalanannya mencari diri diri sebagai calon raja, Simba kecil mendapat banyak halangan dari pamannya sendiri yang jahat yaitu Scar dan bertemu dengan kawanan hiena jahat yang dipimpin oleh Shenzi.

Namun, Simba kecil juga mendapat banyak perhatian dari ibunya Sarabi, burung kerajaannya yang bernama Zazu dan teman dekat Simba, Nala.

Perjalanan selanjutnya bagaimana konflik terjadi bagaimana Scar berencana mengkudeta Mufasa dengan memanfaatkan kepolosan Simba dan kelicikan kawanan hiena, hingga akhirnya berujung kepada kematian Mufasa walau Simba kecil merupakan singa muda yang energik dan berani. 

Tragedi masa kecil Simba membuatnya kabur dari Pride Land dan bertemu dua sahabat, babi hutan Pumbaa dan meerkat Timon. Simba dan dua teman barunya akhirnya tumbuh dan berkembang bersama. Menganut filosofi hidup "Hakuma Matata" yang artinya "Jangan Khawatir". Cerita berlanjut hingga Simba dewasa mulai melupakan takdirnya sebagai raja. Sampai akhirnya Nala dewasa dan babon kerajaan Rafiki mencoba menyakinkan Simba untuk melawan kekuasaan Scar dan menjalani takdirnya sebagai raja Pride Land. Hingga akhirnya Simba mampu mengalahkan kekuasaan pamannya sendiri dan bertahta memimpin kerajaan Pride Land.

Ada beberapa hikmah penting dari film ini yang bisa diambil diantaranya :

Circle of life, hidup bagai putaran siklus yang akan membentuk satu rangkaian yang saling terkait dan kebenaran sejati akan selalu berdiri tegak sampai kapanpun.

Cinta seorang ayah kepada anak lakinya memberi pengalaman yang indah akan adanya nilai-nilai kebaikan, leadership yang di tanamkan ke diri simba kecil akan keberanian dan tanggung jawab (jangan mencelakakan orang lain).

Tugas orangtua menumbuhkan harapan, keyakinan, membimbing dan memberi cinta yang besar ke dalam diri seorang anak.

Jangan khawatir akan suatu kondisi/masalah karena semua akan bisa berlalu.

Nilai persahabatan yang indah saling memberi sinergi, membantu, memberi bahagia dan berempati.

Kebenaran itu tidak akan terkalahkan dengan kelicikan, kebohongan ataupun cara-cara negatif lainnya.

Cinta seorang ibu kepada anaknya

Cinta dan kesetiaan seorang isteri kepada sosok pemimpin dalam keluarga.

Pengorbanan seorang ayah hingga nyawapun mampu dipertaruhkan.

Arti kehilangan anggota keluarga yang dicintai, walau sesuatu yang berat harus belajar mengikhlaskan untuk kepergiannya

#nonfiksi
#resensifilm
#14September2020
#kelasblogdanmenulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepercayaan

Benarkah Kepercayaan itu harus diraih dan diperjuangkan? Hidup memang penuh refleksi didalam pelaksanaannya. Jika tidak, kita mungkin akan menemui bebebrapa kegaringan yang mewarnai perjalanan mengarungi hidup ini. Mencoba merefleksi didalam memaknai kepercayaan. Bukan sesuatu yang asing dengan kata kepercayaan. Dalam memaknai diawal, saya beranggapan kepercayaan itu sesuatu bentuk tindakan yang dilakukan orang lain kepada kita. Ternyata itu lebih banyak berangkat dari tindakan kita sendiri, atas inisiatif, bentuk yang harus kita raih atau perjuangkan. Sehingga ada hal-hal yang diluar kendali kita terjadi misalkan disaat orang lain tidak memberi kepercayaan itu kepada kita, jangan berkecil hati, teruslah untuk berusaha untuk meraihnya. Dan tidak perlu dituntut kepada oranglain. Disaat kita melakukannya dengan benar, semoga kepercayaan itu mampu kita rasakan baik oleh diri kita ataupun dari orang lain. Kalo pun kita belum mampu merasakan kepercayaan itu tetaplah berikhtiar me...

Bertanam Jamur Growbox

Buka baglog tgl 19 maret 14 Belajar menjalani proses..bukan hasil .. kesabaran adl bagian dr proses .. Tumbuh jamur Naufal yang pertama 11 maret 2014 Satu hari sdh mekar lebih indah jamur aura cantiqa ^-^ 240314, sptnya sdh bs panen. Kondisi jamur per 6 april 2014, jamur merah kembali tumbuh yg ke 2 jamurnya tp kedua growbox putih milik Naufal Aulia Rasyad dan haikal masih melatih kesabaran kami tuk menunggu jamurnya tumbuh. " liat mas naufal... dek haikal... jamur dedek aura sdh tumbuh kembali... tau kenapa sayang ? Tanamanpun tau mana pemiliknya yg sayang sama dia... mana yg tdk... hehe.krn naufal blm sama sekali tertarik utk merawat jamurnya hanya dia mberi nama jamur... kalo haikal sdh mau, keduanya kesulitan utk menekan semprotan yg sdh satu paket dgn growboxnya. Dan kemaren naufal langsung mencari semprotan baru yg biasa dipake utk semprotan kispray utk penghalus dan pengharum pakaian. Dia langsung cuci... jangan pake itu yg sayang... coba cium baunya masih beras...

Akal Budi

Seperti biasa pada saat memulai pagi sebelum tenggelam akan satu rutinitas yang kita jalani untuk hari ini. Sejenak membaca satu tulisan CM dibawah ini  Anak-anak pun lulus sekolah, gembira karena terbebas dari beban, lega karena mereka sudah “menyelesaikan pendidikan”. Buku-buku pelajaran sekolah ditutup dan, seringkali, proses belajar juga dianggap berakhir. Mereka terjun bergelut dengan aneka pekerjaan praktis di masyarakat dan banyak yang akal budinya tetap kerdil dan gelap sampai akhir hayatnya.   – Saduran “Parents as Inspirers” yang ditulis oleh Charlotte Mason dalam The Parents’ Review Vol. 2 1891/1892 (30) Untuk didiskusikan: Apakah dirimu dulu juga (pernah) menganggap “lulus sekolah = pendidikan sudah selesai”? Benarkah orang-orang yang punya anggapan itu rentan “tetap kerdil dan gelap” akal budinya saat mereka terjun ke dunia kerja? Mengapa? *** Tulisan ini seakan menggelitikku apa yang telah terlewati seakan terangkat kembali. Ya disaat dulu kita sekolah, hal ...